Sunday, May 27, 2012

Terkadang

Kepergianmu


Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku

Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi

Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas



Koleksi photo Jim Henry     Kepada Jaranireng:  Aku dan Tulisanku

Adakah orang akan bertanya akan aku ketika aku
tak pernah menulis satu kata?
Adakah orang akan mencari namaku ketika aku
tak pernah meninggalkan kesan?
tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku
jari-jariku bekerja dengan otakku
tapi tidak dengan diriku
diriku adalah kumpulan prilaku potensi dosa
diriku adalah susunan tulang daging darah
yang mungkin telah menyerap barang haram
diriku bukan milikku, lingkunganku telah mengklaimnya
Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku?
Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis
sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati
ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku
harap aku bisa mendapat sapaan hormat yang sama
Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja
tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang
diproduksi oleh niatku yang subjektif
tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia
sementara aku tak pernah berbuat yang sama
kepada tulisanku....









   
Koleksi Photo Jim Henry

 Tanpa Judul

Maaf saya tidak dapat menemukan judul yang tepat
untuk untaian kalimat yang hendak saya tulis
   hari-hariku dipenuhi oleh suara-suara tak bergetar seperti kemarin ....
getaran itu semakin lama semakin sayup... perlahan
getaran itu melemah dan berhenti
seperti denyut nadi anak-anak ingusan
tak terdengar mereka oleh gesekan angin

Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu bangsa
maka bangsaku hendak menggunakannya pula
mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau dengan pesan
mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang oleh dahaga tanah
aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah sampai
tersebar ke seluruh tubuh
berhenti mereka di antara lembaran-lembaran kertas berstempel

Maaf jika hidupku adalah demokrasi
nampaknya ia tak punya judul lagi
kadang saya merasa sangat berharga dan ingin hidup
seperti jiwa Chairil Anwar
namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian
yang mendorongku untuk mengakhiri hidup
the object of my affection telah mati
bersama judul tulisan-tulisan tentang demokrasi yang semakin kabur


Kepada Seorang Ayah yang berbahagia,


Koleksi Photo Jim Henry

Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu
DeKalb, June 10, 1999

Friday, May 18, 2012

Puisiku

Telah Ku Tutup Pintu Hatiku

Telah aku tutup rapat pintu hatiku
Untuk semua jenis perempuan manapun juga
Bahkan aku mrngemboknya dan
Kuncinya aku buat sendiri dari serpihan hatiku yang
Terkoyak penuh dendam yang dalam
       Janganlah engkau mencoba mengetuk pintuku,
       Apalagi membukanya dengan paksa karena,
       Dibalik pintu itu, aku telah memasung
       Ranjau-Ranjau murka yang siap
       Menghancurkan siapapun yang berani membukaya
                                                                               
                                                             Arsyka,05,19,2012

Kehadiran Hanya Membawa Bencana

Seperti inikah setidaknya diantarkan
Kemudian dijemputnya kembali
Tetapi Untuk apa...?

Dan mengapa aku harus berada disini,
Bukankah alam akan menjadi indah
Dan kedamaian akan meramban.
Tanpa kehadiran dan campur tanganku

Aku ada, tanpa ku pahami dengan keberadaanku sendiri
Aku ada, tanpa ku memintanya disini,

Padahal keberadaanku adalah beban
Baginalam yang menyangga.
Mengaa aku...?
Mengapa mereka....?
Mengapa kita ada...?
Kalau hanya untuk merakit bermacam bencana...???
                 
                                                                Arsika.05,19,2012
Suara Hati

Melepaskan adalah suatu hal yang berat buat setiap insan,
Dikecewakan adalah suatu hal yang sakit buat setiap insan,
Begitupun di duakan,
Seperti apa yang kurasakan saat ini...!!!1

Tapi, aku akan mencoba untuk selalu tabah,
Menghadapi semuanya,walaupun sakit rasanya.
Aku akui bahwa aku tidak sempurna dan
Tidak seperti yang kamu inginkan.

Di setiap sisi selalu ada kekuranganku,
Namun perlu kau tahu, bahwa aku
Masih punya hati untuk memilih
Mana yang terbaik, untuk diriku, Itu yang kuanggap sebagai kelebihanku,

Tetapi, tenang saja aku tak akan membencimu,
karena kamu pernah singga dihatiku dan
pernah juga aku sayang...!!!
Karena Tuhan menciptakan manusiatidak ada yang sempurna...

Orang yang aku sayang..
                                                   Arsik ,05,19,2012

puisi-puisi terbaru

WAJAH TANYA

Untukmu
Kubacakan salam Qur’an
Wahai sukma kesenyapan
O para pencari
Senyapmu lebih senyap dari penghuni kubur
Biarkan tapak melebur
Berfikir tentang……
Sampai lelah di titik paling lemah
Sampai Tanya tak sekedar bahasa
Merenung setangguh gunung
Mersa selembut asa
Mengindra sekuat fisika
Menjerit setinggi langit
Menangis sesedih gerimis
Tertawa senikmat canda
Berkata sejelas suara
Membungkam sesepi malam
Bahkan, tatat setaat malikat
Tetap saja Tanya selalu ada
Tetap saja rahasia selalu menyapa
O, jiwa-jiwa petapa
Dunia adalah tempat cinta bekerja
Ibadah bukanlah menjauhi masalah
Pasrah bukanlah menyerah
Pasrah bukanlah menyerah
Sejarah adalah rangkaian duka menjadi suka
Tersenyumlah…..
Biarkan yang lupa,
Merasa meneng lalu tertawa
Merasa kalah lalu ke gua
Tertawalah…
Menhan tawa kau akan gila
Bertanyalah……
Setiap Tanya menyimpan rahasia
Ditanya awal degala
Ditanya akhir segala
Melangkalah
Berjalan bukan menempuh jarak
Tetapi berakhlah dengan akhlah sang punya aklah
Sampai keringat tak sudi diingat
Dimenara hati aku bersaksi,
Pasung kesombongan!
Pasti, dalam senyap menyelinap terdekap harap
O harap yang terdekap senyap
Di titian waktu kita berpacu
Berteman bayu menuju satu
Bertemu di ujung, bergerak keujung yang lain
Menuju dunia yang diluar kata-kata
Damana,
Air menjadi syair
Laut menjadi lahut
Udara jadi cinta
Asap jadi harap
Tanya jadi makna
Landai jadi andai
Ada melebur kata
Di mana ?
                      Fauz nur- Bandung, 2003





BINGKAI

Pelung hati penuh rindu
Menguntai di relung Qalbu
Cita berkari kian duga
Menejar mimpi
Bingkai seketika pergi
Tidur….tidurlah rindu
Tidurlah bak mayat
Kau terlalu lelah
Tidurlah….. tidurlah mimpi
Jemarimu kan kuuntai
Penuh pasti hasrat ini
Oh rindu…….. oh mimpi…..
Citamu akan kubangunkan
Dengan keciuoan hangat fajar
Entah kapan….entah kapan


Walu.
Guman langkahku saja yang selalu datang
Raman hidupkun selalu menghitam menang
Tenang…tenanglah remang
Melayang terbang ke awng-awang
Hitam…. Temaramlah kelam
Selamlah malam dengan doa-doa terbekam
O bingkai….
Susuri maknai diri
Bingkai diri hanyalah mimpi
Ketermenungan bak penyair
Tak mahir mengejar syair
Tasikmalaya, pesantren sukahideng, 1997
( revisi, 2004 )




DENGAN KASIH SAYANG

Dengan kasih sayang
Kita simpan bedil dan kelawang
Punahlah gairah untuk darah

Jangan!
Jangan dibunuh para linta darat
Ciumlah mesrah anak janda tak punya berayah
Dan sumbatlah jarimu pada mulut peletupan

Karena darah bajak dan perampok
Akan mudah mendidih dengan pelor
Mereka buakan tapira atau badak
Hatinya pun berurusan cinta kasih

Seperti jendela yang terbuka untuk angin sejuk!
Kita yang sering kehabisan cinta untuk mereka
Hanya membenci yang nampak rampok
Hati tak bisa untuk berpelukan dengan hati mereka

Terlampau terbatas pada lahiriah masih pihak
Lahirlah yang terlalu banyak meminta!
Terhadap sajak yang paling utopis
Bacalah dengan senyuman yang sabar

Jangan dibenci kaum pembunuh
Jangan dibiarkan anak bayi mati sendiri
Kere-kere jangan mengemis lagi

Dan terhadap penjahat yang paling laknat
Pandanglah dari jendela hati yang bersih

                                      
                                         W.S Randra,i961.

Bukan Hariku
pernah kutulis di angin
sajak cinta untukmu
hujan mengaburkan, matahari menghanguskan
namun abunya pastilah sampai di hatimu

pernah airmataku menetes tanpa alasan
memerihkan ingatan
seperti menghadapi kematian
hampa demikian dada
kukira-kira engkau seperti yang kupikirkan
gamang menegakan diri dalam keriuhan hari
antara tepuk tangan dan tawa riang
semoga abu itu membuat nafasmu tersendak

pernah aku menuliskan kepada angin
agar abu itu dikibas
dibuang jauh kemana saja
saat kuyakin; tak ada lagi waktu memberiku
kesempatan.
Ini bukan hariku
menuliskan sajak cinta untukmu
sebab hujan dan matahari tak lagi bersekutu

                                            (ubud, hari kedua, cok sawitri

MARADHANA

selagi bisa,
berbaringlah disebelahku
dengar angin membujuk cuaca
menenangkan risaumu
“perayu seperti aku tak miliki cinta,
hanya kata
yang membuatmu mengapung di awan”

selagi mampu
deraikanlah airmata
biarkan isak menyemut diantara senyap
desah itu, hatimu yang mengawang
“bintang miliki kedip, bulan miliki kemurungan,
tak adakah hari yang membuatmu
letih melamunkan perjalanan…”

selagi bisa
bukalah pintu
lihatlah daun-daun yang menggumamkan kesejukan
dengarkan angin yang merayu kehangatan
jangan biarkan sesal itu dimulai
sebab matamu ternujum desau
“semua penujum tak miliki hati
sebab telah diserahkan kepada ketakjuban”

selagi bisa
selagi mampu
jangan biarkan dirimu berbaring di sini,
sebab kata kini mengubah diri
menjadi tuah yang membutakan!


                                                                         (batu bulan, cok sawitri, 2009)

Saturday, May 12, 2012

Puisi Kepada sahabat pahlawanku

Teringat ku kan padamu sahabat pahlawnku
Waktu kau hendak kembali ke alam yang baka
Teringat roman mukamu pahlanku
Saat tiba kau menghadap kehadirat Ilahi

           Dengan tulus dan ikhlas kau korbankan jiwa
           Kau basahi dengan darah kesatriamu
           Tak akan lenyap jasamu dari pada ingatanku
           perjuangan, ku teruskan sampai ke akhir jaman
                                                                       
                                                                         Arsik 13,05,2012

Friday, May 11, 2012

Puisi Perasaan

Ini bukan bohong
Kalau sebenarnya aku sayang bangat ama kamu 
Aku takut kalau kamu menjauh dan berpaling meninggalkanku ...
Hanya itu yang aku takutkan bila kamu pergi dan tak kembali..
Sebelum itu terjadi aku ingin bilang kalau aku sayang bangat ama kamu 
Hanya satu pintaku jangan kau tinggalkan aku

                                                                                                                  Arsyka, 12,05,2012